Kunci Sukses Kurikulum 2013 - Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh bermacam faktor (kunci sukses). Faktor-faktor tersebut tentunya berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, sosialisasi, aktivitas peserta didik, fasilitas dan sumber pembelajaran, partisipasi warga dan tentunya lingkungan yang kondusif untuk akademik, (Mulyasa, 2013).
Pertama, kepemimpinan dari kepala sekolah merupakan faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan tujuan, visi dan misi, dan berbagai sasaran sekolah dengan melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk itu diperlukan kepala sekolah yang mandiri dan professional dengan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar dapat mengambil keputusan dan memprakarsai untuk meningkatkan taraf dan mutu sekolah. Keberhasilan Kurikulum 2013 menuntut para kepala sekolah yang demokratis professional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah yang dapat mendorong terciptanya iklim yang kodusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.
Kedua, guru menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan menjadi sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru yang belum siap. Kurikulum 2013 ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integrative dan contextual teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Dalam kerangka inilah perluya kreativitas guru agar mereka mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar agar mereka dapat belajar dalam suasana nyaman.
Ketiga, dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik terutama disiplin diri sendiri (self-discipline). Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola berpikir dan perilakunya; meningkatkan standar perilakunya; dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan sebuah prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik. Sedangkan guru yaitu tut wuri handayani. Dalam hal ini, guru harus mampu memerankan diri sebagai pengemban ketertiban yang patut digugu, ditiru, dan diteladani tetapi tidak bersifat otoriter.
Keempat, sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan agar semua pihak yang terlibat di lapangan dapat paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan. Dalam hal ini seharusnya pemerintah mengembangkan yang dinamakan grand design yang jelas dan menyeluruh agar konsep kurikulum yang diimplementasikan dapat dipahami oleh pelaksana secara utuh, keliru tidak ditangkap secara parsial, atau salah pemahaman. Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar maksudnya dapat dipahami secara optimal. karena sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum. Setelah sosialisasi digelar kemudian harus mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, tenaga kependidikan, guru, dan komite sekolah untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai macam pihak dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013.
Kelima, fasilitas dan sumber pembelajaran perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain pusat pembelajaran, laboratorium, dan perpustakaan. Fasilitas dan sumber belajar perlu dioprasikan seoptimal mungkin agar nantinya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh peserta didik. Mengingat bahwa fasilitas yang memadai mampu membantu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam bidang yang ditekuninya.
Keenam, lingkungan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pendidikan. Lingkungan yang kondusif akan menciptakan suasana yang nyaman sehingga menimbulkan semangat belajar para peserta didik. Dengan semangat tersebut proses pembelajaran pastinya akan berjalan dengan lancar, dan materi yang disampaikan pun dipahami dengan mudah. Lingkungan yang nyaman didukung oleh beberapa faktor diantaranya fasilitas yang memadai. Namun sebaliknya lingkungan yang tidak nyaman akan menciptakan suasana yang jenuh dan membosankan. Akibatnya akan berimbas pada proses pembelajaran yang berjalan kurang lancar.
Ketujuh, keberhasilan pendidikan di sekolah juga ditentukan oleh kepala sekolah dalam mendayagunakan seluruh komponen yang ada di lingkup sekolah. Semua komponen tersebut saling berhubungan sehingga diperlukan kerjasama dan kordinasi antar bagian agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Bisa diibaratkan seperti suatu mesin yang sedang beroperasi maka seluruh komponen mesin harus bekerja dengan maksimal agar output yang ditargetkan dapat dicapai.
Baca Juga : Implementasi Kurikulum 2013 Secara OptimalPenutup
Semakin memudarnya nilai dan moral dikalangan pemuda Indonesia maka diperlukannya pendidikan yang lebih menekankan pada pembentukan karakter. Kurikulum 2013 sebagai jawaban atas problema terbebut. Fokus utama kurikulum 2013 adalah pendidikan karakter yang memuat nilai-nilai karakter. Pendidikan karakter dibuat untuk pemuliaan manusia. Fungsinya untuk membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Dalam menjalankan prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus termanifestasikan dalam kurikulum sehingga siswa dalam sekolah paham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menterjemahkannya dalam perilaku nyata. Mengingat moral adalah sesuatu yang bersifat abstrak, maka nilai-nilai moral kebaikan harus diajarkan pada generasi muda sejak dini.
Mewujudkan tujuan yang diharapkan, ada faktor-faktor pendukung (kunci sukses) yang perlu dilakukan antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga. Semua faktor tersebut sepantasnya dilakukan sesuai tugas masing-masing secara profesional agar tidak lain dan tidak bukan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Harapannya berubahnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013 yang menuai banyak kontra dan sempat diragukan keberhasilannya oleh semua pihak dapat ditepis secara mutlak karena output yang optimal apabila semua komponen pendidikan mendukung dan turut berpartisipasi dalam implementasi Kurikulum 2013.
Ketentuan Berkomentar :
1. Dilarang berkomentar diluar topik
2. Jika kurang paham silahkan ditanyakan
EmoticonEmoticon